Kata orang waktu adalah penyembuh luka yang paling ampuh. Sesakit
apapun luka itu, waktu akan menghapusnya. Entah dengan kebahagiaan atau dengan
luka lain.
Tapi, waktu tidak akan dapat melakukan apa-apa, kala logika
berkata,
"Jangan lupakan",
"Jangan Maafkan",
"Simpan itu, jangan pernah menghapusnya dari memori mu! Jangan
pernah memaafkan! Ingat seberapa sakit rasanya",
"Kau akan menghapusnya semudah itu? tidak ingatkah betapa
perihnya rasa sakit didadamu?",
"Kau berhak membencinya, dia bukan manusia! dia tidak punya
hati! Kau harus membencinya. Harus!"
Walaupun hati berkata,
"Lupakanlah, waktumu terus berjalan, dan hidupmu harus
berlanjut."
"Relakanlah. Biarlah itu menjadi bagian di dalam memorimu.
Menjadi kenangan untukmu dimasa depan."
"Kau hanya akan menyakiti dirimu jika terus mengingatnya.
Hapuslah. Biarlah hal itu pergi, bersama waktu yang terus berlalu, bersama
kehidupan yang terus berlanjut."
"Hapuslah rasa sakit itu. Gantilah dengan kebahagian. Banyak
hal yang dapat membuatmu bahagia di dunia ini.”
“Kamu berhak bahagia, kamu berhak tersenyum, dan kamu berhak untuk
mengahapus segala rasa sakit itu.”
Lalu, kebanyakan manusia memilih logikanya, menganggap bahwa logika
selalu tepat dan tak pernah salah. Tanpa mendengarkan kata hatinya.
Akhirnya, hidup dalam ketakutan, hidup dalam bayang masa lalu,
hidup dalam rasa sakit yang tak terperi dan memilih untuk menumbuhkan rasa dendamnya.
Selalu merasa hidupnya tidak pernah bahagia. Dan selalu merasa sendiri, tanpa
ada yang mengerti.
Ya. Tanpa dipungkiri aku atau kamu pernah merasakan ini.
Manusiawi… itulah yang menjadi alasan utama.
Tapi, haruskah hidup seperti itu selamanya?
Biarlah aku juga kamu menentukan haruskah logika atau perasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Eh, Mau kemana? Kasih komentar dulu dong, mumpung gratis~ Tenang pasti di komen balik kok.